Dia,'Orang Jauh'.

Posted 23.10 by Gita Yurnidasari P. in
Bahagia itu memang sederhana. Saya merasa sangat bahagia karena teman-teman dan sahabat saya telah menikah. Mereka telah dipertemukan dengan jodoh mereka masing-masing oleh Tuhan. Bahkan diantara mereka sudah memiliki momongan. Saya harap mereka pun bahagia dengan pernikahan mereka. Sebagai teman, saya mendoakan agar mereka menjadi keluarga yang saling melengkapi, bahagia lahir bathin sampai maut memisahkan. Lalu, bagaimana dengan saya sendiri? Baiklah, dengan jujur saya menjawab sampai saat ini saya masih sendiri. Bukan saya egois terlalu pemilih, bukan pula saya terlalu cuek dengan urusan yang seperti ini. Alasannya sederhana, karena Tuhan memang belum ingin mempertemukan saya dengan jodoh saya. 

Tanpa sengaja memori saya kembali mengingatkan kebeberapa tahun lalu, tepatnya saat saya masih duduk di bangku SMP. Saat itu saya dan sahabat saya asyik berbincang-bincang dengan ustadz yang kami anggap senior. Saya sebut senior karena dia memiliki ilmu dan pengetahuan yang lebih. Beliau iseng meramal kami satu per satu. Entah bagaimana cara beliau meramal kami. Ingatan saya tak mampu mengingat bagaimana caranya. Hanya hasil ramalan tentang saya dan sebagian ramalan tentang sahabat yang saya ingat. Salah satunya tentang jodoh saya kelak. Ada apa dengan jodoh saya? Beliau berkata bahwa kelak jodoh saya adalah 'orang jauh', bukan dari tanah kelahiran saya, pokoknya dia adalah 'orang jauh'. Saya tidak tahu sejauh apakah 'orang jauh' yang beliau maksud. Apa dia berasal dari pulau-pulau yang di Indonesia, kecuali kalimantan? Karena kalimantan adalah pulau kelahiran saya. Atau mungkin dia berasal dari belahan dunia lain? Entahlah, mungkin dia 'orang jauh' dari antah berantah. Semua itu rahasia Tuhan. Jodoh sepenuhnya ada ditangan Tuhan. Saya percaya itu.  

Dengan iseng saya bertanya kepada salah satu sahabat saya yang baru saja menikah bulan Juni lalu tentang ramalan dia. Sepertinya pikiran saya dan dia sedang kompak. Tanpa saya tanya, dia bercerita langsung tentang  ramalan itu. Dia justru bertanya kepada saya apakah saya masih ingat tentang ramalan disaat SMP dulu. Tentu saya ingat, tapi sebagian besar ingat tentang saya saja. Kemudian dia memberitahukan ramalan tentang dia, lebih tepatnya tentang jodohnya, kelak jodohnya adalah 'orang dekat', orang yang satu kota dengannya. Dan hal itu benar, entah kebetulan atau bagaimana, yang pasti suaminya bukan 'orang jauh' seperti jodoh saya nanti. Sahabat saya ini tinggal di Jambi dan begitu juga dengan suaminya. Pertemuan mereka pun tanpa disengaja. Bertemu di apotek saat sahabat saya (red: Sukma) membelikan obat untuk Bapaknya yang sedang sakit. Setelah itu mereka berdua tidak ada komunikasi lagi. Karena saat itu Sukma masih berpacaran dengan si X. Cukup lama mereka berpacaran. Mungkin sekitar dua tahun atau lebih. Sukma rela mengejar si X ke Jakarta karena kedua orang tua Sukma tidak berpihak pada hubungan mereka berdua. Sampai akhirnya Tuhan memberikan petunjuk kepada Sukma bahwa si X bukan orang yang tepat. Mereka memiliki rencana untuk menikah. Tapi sulit bagi mereka untuk melancarkan rencana itu. Selalu ada saja halangan yang membuat mereka gagal untuk menikah. Orang tua Sukma menyuruhnya segera pulang ke Jambi. Karena mereka tak ingin melihat anaknya menderita. Sukma pulang. Tanpa sengaja terjalin lagi komunikasi antara dia dengan lelaki yang dia kenal di apotek beberapa bulan lalu. Kemudian lelaki yang dia kenal di apotek itu melamarnya. Akhirnya mereka menikah. 

Diluar benar atau tidaknya ramalan ustadz saya tersebut, saya yakin Tuhan selalu memiliki rencana yang unik untuk mempertemukan jodoh kita kelak. Entah bertemu dimana, kapan, dan dengan siapa kita berjodoh. Tuhan memang luar biasa kreatif membuat jalan cerita yang akhirnya bisa menjadi bahan cerita yang kita bisa ceritakan kepada orang lain betapa uniknya pertemuan kita dengan pasangan kita. Seperti halnya sahabat saya yang lain (red: Lulu). Lulu pernah berpacaran dengan beberapa lelaki dan sampai ada yang bertahun-tahun. Tapi tidak ada diantara mereka yang sampai akhirnya menikah dengan Lulu. Justru Lulu menikah dengan orang yang beberapa bulan dia kenal. Kurang lebih ceritanya seperti ini, Lulu baru berkenalan dengan seorang lelaki. Mereka berdua berjanji untuk pergi jalan-jalan dan lelaki itu akan menjemputnya ke rumah. Sesampai di rumah, lelaki itu sangat speechless karena di rumah ada mama dan neneknya si Lulu. Nah, disini mamanya Lulu merasakan ada yang lain dari lelaki itu. Beliau merasa cocok dan yakin bakal berjodoh dengan anaknya. Beberapa bulan kemudian benar saja mereka berdua menikah. Alhamdulillah sekarang mereka memiliki putri kecil yang cantik. 

Terkadang berapa lama kita berpacaran tidak bisa dijadikan kepastian kita akan menikah dengan orang tersebut atau tidak. Belum tentu lama berpacaran pasti akan berujung pernikahan. Sekali lagi jodoh itu rahasia Tuhan. Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya benarkah jodoh saya kelak adalah 'orang jauh'. Tunggu saja jawaban yang indah dari Tuhan. Entah di tahun ini, tahun depan, atau tahun-tahun berikutnya.

Dear 'Orang Jauh',
Apa kabar kau disana? Apakah kau baik-baik saja?
Kapan kau akan menemukan tulang rusukmu yang menghilang? 
Apa kau kesulitan menemukan tulang rusukmu?
Ah, mungkin saja karena tempat kau yang terlalu jauh, sehingga kau kesulitan untuk menemukan tulang rusukmu.
'Orang Jauh', kau tau tulang rusukmu ada disini. Ada padaku. 
Ambilah tulang rusukmu ini diwaktu yang tepat. Ingat, diwaktu yang tepat! 
Diwaktu kita telah siap untuk mempersatuan kembali tulang rusukmu yang menghilang. 
Biarkan Tuhan mempertemukan kita dengan caranya yang indah, unik, dan penuh cerita.
Agar aku bisa mengganti sebutan 'Orang Jauh' dengan namamu yang sebenarnya.
Baiklah 'Orang Jauh', cukup sampai disini saja aku menulis untukmu hari ini. 
Baik-baik kau disana, bye.


Regards,

Tulang Rusukmu



0 comment(s) to... “Dia,'Orang Jauh'.”

0 comments:

Posting Komentar