Ketika Saya Berkenalan dengan NII

Posted 19.18 by Gita Yurnidasari P. in
Akhir-akhir ini marak sekali diperbincangkan tentang orang hilang yang kebanyakan dari mereka adalah para mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Nah, ketika saya lagi asyik ganti-ganti channel TV mencari acara yang bagus, tiba-tiba pencaraian saya terhenti disalah satu stasiun TV swasta. Saya melihat di stasiun TV tersebut ada acara talk show. Talk show ini dialog tentang NII (Negara Islam Indonesia) dan orang hilang. Dan saya pun teringat pengalaman yang pernah saya alami dengan teman saya setahun yang lalu, tepatnya bulan Ramadhan 2009. Saat itulah saya dan teman saya berkenalan dengan NII.

Ceritanya bermula ketika saya dan teman saya, sebut saja Udin (red-bukan nama sebenarnya), pergi ke KFC yang terletak di Buah Batu Bandung. Awalnya, kita pergi ke KFC itu hanya sekedar ngobrol dan menikmati sajian yang ada disana. Kebetulan saat itu Udin ingin curhat masalah pribadinya ke saya. Kira-kira setengah jam lamanya kita disana, handphone Udin berbunyi. Ternyata dia mendapat sebuah sms dari temannya. Dia bilang temannya itu berasal dari Jakarta dan jarang-jarang bisa main ke Bandung. Dan dia diminta oleh temannya untuk bertemu di KFC Dago. Akhirnya, Udin pun mengajak saya kesana. Mau ga mau ya saya ikut. Berangkat!!!

Sesampai di KFC Dago, Udin pun mulai melihat kanan-kiri kebingungan mencari temannya tersebut. Kebetulan saya belum pernah ketemu dan kenal dengan temannya, jadi ya saya ga bisa bantu Udin. Saya hanya ngikut di belakang Udin. Setelah beberapa menit, akhirnya si Udin pun menemukan temannya. Horrayy prok..prok..prok. loh? Tanpa pikir panjang saya dan Udin langsung menuju ke tempat seorang laki-laki yang sedang duduk sendirian, tepatnya dipojok ruangan. Dan kita pun duduk sembari menikmati waffle sundae yang kita pesan.

Perbincangan dimulai. Diawali dengan perkenalan saya dengan teman Udin tersebut, sebut saja "Mr.X" (kebetulan saya sudah lupa siapa namanya). Kesan pertama saya mengenal Mr.X ini adalah dia orang yang ramah, selalu tersenyum, dan sepertinya sabar. Sesekali dia membetulkan letak kacamata yang dia kenakan. Disela-sela obrolan, tiba-tiba Mr.X membahas tentang bom bunuh diri yang pada saat itu marak terjadi. Lama-kelamaan Mr.X membahas tentang Agama Islam dan dia mengeluarkan Al-Qur'an terjemahaan dari dalam tasnya. Awalnya saya tidak curiga sama sekali. It's okay. Obrolan kita pun berlangsung sangat lama. Entah berapa jam saya lupa. Yang saya ingat diakhir pertemuan yg pertama adalah Mr.X berpesan,"Tolong jangan kalian ceritakan apa yang sudah kita perbicangkan tadi. Karena apa yang kita perbincangkan hari ini masih belum sempurna. Nanti ada saatnya kalian boleh menceritakan dan berbagi ilmu kepada orang lain." Well, saya ikuti instruksi dia.

Dihari kedua pertemuan saya dan Udin dengan Mr.X, kecurigaan saya mulai muncul dan disaat itulah hati saya menjadi tidak karuan. Antara takut, bingung, dan khawatir. Campur aduk. Dengan lantangnya Mr.X mengatakan bahwa saya dan Udin termasuk golongan orang-orang kafir. Semua ibadah yang saya lakukan itu percuma karena saya beribadah dalam keadaan kafir dan berada di negara yang kafir. What? Jelas sekali perkataan dia tersebut bikin saya shock. Kenapa dia berani judge saya seperti itu? Memangnya dia siapa? Allah? Astaghfirullah...saya hanya bisa ucapkan istighfar dalam hati. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu, bukan dia. Secara terang-terangan dia mengkafirkan negara Indonesia, Presiden RI dari jaman Soekarno sampai SBY, menghina Garuda, menghina UUD, dan masih banyak yang dikafirkan oleh dia. Seperti biasa diakhir pertemuan dia selalu berpesan bahwa saya dan Udin tidak boleh menceritakan kepada siapa pun, kecuali kalau sudah tiba saatnya untuk itu dan berbagi ilmu. Entah maksud busuk apalagi yang ada dipikiran Mr.X ini.

Tibalah hari ketiga, yaitu hari terakhir kami berdiskusi masalah agama islam dan negara Indonesia seperti yang dijanjikan Mr.X kepada saya dan Udin. Karena saya sudah merasa tak nyaman dengan sikap Mr.X yang dengan gampangnya mengkafirkan sesuatu, saya pun tak begitu respect ketika dia memberikan kami wejangan seperti hari pertama dan kedua. Sesekali saya senyum dengan terpaksa ketika dia melihat saya. Benar-benar hebat sekali cara dan gaya dia mendoktrin atau mencuci otak orang lain. Dia menyampaikan dengan sangat tenang dan kalau saja saya itu orang yang sangat awam dalam bidang agama, mungkin cara dia tersebut sangat mempan bagi saya. Tapi Alhamdulillah karena saya pernah duduk di sekolah khusus agama, jadi semua wejangan dia sama sekali tidak mempan bagi saya. Dan sampai pada akhirnya, dia mengatakan bahwa jika saya dan Udin ingin ibadahnya diterima Allah dan tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kafir, saya dan Udin diharuskan bertobat dan hijrah ke Negara Islam Indonesia. Dengan cepat si Udin mengiyakan tawaran dia tersebut. Tiba-tiba saja jantung saya berasa mau copot. Meskipun si Udin mengiyakan, tapi saya tetap menolak dengan tegas tawaran Mr.X yang benar-benar ga masuk akal. Sempat saya adu mulut dengan Mr.X karena saya ngotot tidak mau hijrah. Karena melihat saya seperti itu, akhirnya Udin membatalkan niatnya untuk hijrah. Udin pun pamit pulang dengan sedikit basa-basi ke Mr.X,"Besok saya kabarin lagi untuk masalah hijrah". Keliatan sekali dari guratan wajah Mr.X yang tidak bisa menerima keputusan saya dan Udin. Dan ketika saya dan Udin melangkah pulang, dia pun tetep keukeuh dengan bilang,"Ingat, tobat itu tidak boleh ditunda-tunda. Segera mungkin saya tunggu kalian untuk hijrah". Saya dan Udin tak peduli dengan kata-kata dia dan mengambil langkah yang cepat untuk segera pulang. Alhamdulillah, akhirnya saya dan Udin bisa lepas dari rangkulan NII. Saya dan Udin sangat bersukur kepada Allah. Thank God.


4 comment(s) to... “Ketika Saya Berkenalan dengan NII”

4 comments:

Unknown mengatakan...

NII hanya mengajarkan kita untuk berjihad di jalan setan, bukan di jalan Allah



Gita Yurnidasari P. mengatakan...

ya betul banget. Alhamdulillah gw ga ikut golongan mereka. Allahu Akbar!! :)



rody mengatakan...

gita.. itu bukan mas udin kan hehehe...



Gita Yurnidasari P. mengatakan...

bukan ka..itu temen aaku di bandung,Hehe..Kan bukan nama sebenarnya :)



Posting Komentar