3 Girls VS 3 Countries

Posted 21.55 by Gita Yurnidasari P. in
Perjalanan ini boleh jadi perjalanan perdanaku ke luar negeri. Jujur saja selama 22 tahun aku hidup di dunia, aku belum pernah sekalipun melihat bagian dunia lainnya. Padahal dunia itu luas, mubazir banget kalau tidak dikunjungi. Kasihan banget ya gw? Hahaha.. Membuat paspor saja belum pernah terpikirkan. Untung saja  waktu itu aku membaca sebuah artikel pentingnya memiliki paspor. Akhirnya tepat bulan November 2011 aku berhasil membuat paspor tanpa jasa calo. Hari gini baru punya paspor, kemana aja lo, git?!! Setiap kali aku melihat paspor yang aku letakan di lemari buku, aku merasa cupu karena belum pernah mengajaknya melancong kemana pun. Masih kosong, bersih, belum ada cap imigrasi sama sekali. Apalagi kalau mendengar cerita orang-orang yang sudah pernah ke negeri inilah, ke negeri itulah, ingin rasanya aku mengutuk diri sendiri. Tapi aku pikir belum terlambat untuk melihat negara-negara lain. Toh, aku juga masih muda, masih memiliki banyak energi dan semangat yang tinggi untuk jalan-jalan. Terlebih lagi aku memang suka jalan-jalan. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta dengan traveling. Tentu saja aku tidak akan pernah merasa bosan sedikit pun dengan kegiatan semacam ini dan semangatku untuk jaalan-jalan selalu berapi-api. Apalagi saat sekarang ini beberapa maskapai penerbangan sering menjual tiket promo dengan harga miring dan bersaing. Ditambah, beberapa negara ASEAN memberlakukan bebas visa untuk paspor Indonesia. Akhirnya aku pun melirik 3 negara tetangga yang menjdi sasaran empuk perjalanan pertamaku nanti. Singapura, Malaysia, dan Thaiand. Yeay!! Pemburuan tiket promo pun dimulai.

Tapi sebelumnya, lewat jejaring komunitas backpacker, aku bertemu seseorang yang ingin juga berkunjung ke-3 negara tersebut, namanya Gitya. "Ah, kebetulan!!" pikirku.  Karena Gitya berdomisili di Malang dan saya di Bandung, kami menjalin komunikasi via email, twitter, facebook, skype, dan terkadng sms-an. Tapi hal semacam ini tidak menyurutkan niat kami untuk melakukan trip bersama. Selain Gitya, aku juga mengajak seorang temanku, Dini, untuk join trip ini. Awalnya dia menolak karena berbagai macam pertimbangan. Maklum pada saat itu dia belum tahu pasti kalender akademik perkuliahannya. Tapi akhirnya dia mau juga ikutan trip ini. Here we go!!


 Skip or no?

Nyaris saja aku mengurungkan niat untuk melancong ke Malaysia atau dengan pilihan lain aku tetap berkunjung ke Malaysia tapi aku tidak akan menginap di negara ini. Tapi aku pikir ini adalah hal yang mustahal bagiku untuk tidak bermalam. Malaysia isn't country that small!! Apalagi itinerary yang sudah aku rancang sedemikian rupa akan berubah total begitu saja. Ini tidak adil sekali mengingat waktu yang telah aku habiskan selama 3 bulan bersama Gitya untuk menyusun itinerary perjalanan perdana kami ke luar negeri akan sia-sia belaka.

Selama menyusun itinerary, dengan giat kami mencari tau hal -hal apa saja yang menarik di Malaysia. Google cukup membantu kami dalam prosesi ini. Banyak hasil pencarian yang ditemukan oleh google. Secara seksama aku melihat setiap list hasil yang ditemukan. Tapi yang banyak aku temukan adalah tulisan-tulisan di blog orang lain tentang betapa kapoknya mereka saat berkunjung ke negeri jiran ini. Tulisan-tulisan tersebut cukup membuat nyali kami agak sedikit ciut untuk berkunjung kesana. Kebanyakan dari mereka enggan berkunjung kesana lagi. Mereka bilang warga Malaysia kurang ramah terhadap WNI, apalagi petugas imigrasinya. "Ah, apa-apaan ini? Sampai segitunya kah orang-orang Malaysia terhadap Warga Negara Indonesia?" batinku. Tapi bagaimanapun juga, kita tidak akan pernah bisa membuktikan benar tidaknya opini orang-orang Indonesia terhadap penduduk Malaysia kalau kita tidak datang kesana untuk membuktikan langsung. Salah satu travel quote dengan sukses menyakinkanku tanpa ada keraguan sedikit pun untuk tetap mencipipi negara ini dan membuktikan apakah orang-orang Malaysia seperti kebanyakan orang bilang.

“To travel is to discover that everyone is wrong about other countries.” – Aldous Huxley

Seminggu sebelum keberangkatan, dengan bantuan couchsurfing.com aku dan travelmatesku, Gitya dan Dini, mencoba mencari host yang bersedia menampung kami selama 2 hari 2 malam di KL. Mengirim request ke beberapa orang dan akhirnya request kami pun direspon juga. Banyak dari mereka yang bersedia. Tapi kami bersikap profesional saja, dilihat siapa yang membalas request kami duluan. Orang pertama yang membalas adalah Zoe, perempuan muda asal Belanda, yang kebetulan lagi stay di KL. Dengan baik hati dia memberi kami alamat apartemennya, lengkap dengan intruksi-intruksinya untuk mencapai apartamennya.

Dag Dig Dug Seeeer!!


Tanggal 1 Maret yang kami tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. We are very excited!! Hari ini kami akan bertolak ke Singapore for the first time. Aseek :) Meskipun bertolak dengan budget yang tak seberapa, maklum niatnya cuma backpackerang doang. Jadi ya budget minim yang penting bisa hidup di 3 negara dalam 11 hari. Bismillah. Beruntungnya lagi, orang tua Dini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengantarkan kami ke Bandara Soekarno-Hatta. Lumayan ngrit ongkos transport ke Jakarta nih. Sepanjang jalan aku merasa deg-degan, maklum ini my first time going abroad. Tapi disamping persaanku yang deg-deg seeer enggak karuan, aku juga merasa kesal dengan padatnya jalanan ibukota. Karena pada hari itu Jakarta benar-benar padat merayap. Eh, tiap hari juga macet deh kayaknya, haha. Padahal Bapaknya Dini sudah mencoba salip sana sini. Truk, Bus, Mobil, dan lain-lain pun sudah berhasil disalip beliau. Tetep saja 3 jam belum sampai juga di Bandara. Hadeeuh...

Sekitar 3,5 jam kami sampai di Bandara. Nah, sekarang yang jadi masalah kami tidak tahu dimana terminal untuk Tiger Airways. Secara kami belum pernah naik Tiger. Mencoba tanya sana-sini, akhirnya kami berhasil menemukan terminal untuk Tiger. Nyaris telat check-in. Fiiiuuh!! Beberapa menit kemudian, orang tua Dini pamit pulang dan dengan berat hati beliau melepaskan anaknya melancong ke luar negeri untuk pertama kalinya.

Backpack yang aku gendong cukup membuatku kelelahan, ditambah lagi suhu udara di Jakarta super duper panas dan antrian check-in  di counter Tiger CKG-SIN sangat panjang. Tapi aku sangat senang dengan ini semua. Traveling is my hobby. So, semua itu bukan masalah bagiku. Dengan rapi kami berbaris membentuk satu barisan yang rapi di counter check-in.

"Gila, ternayata ransel yang kubawa lumayan membuat pundakku terasa pegal." Dini mengeluh sambil mengelap keringat didahinya.
"Hahha...sepertinya kau akan kerepotan dengan bawaanmu sendiri. Kau bilang kau ini backpacker, tapi kau bawa tas sampe dua begitu. Kau bawa ransel dan kau bawa koper pula. Dan aku tebak saat pulang nanti bawaanmu tak hanya dua tas." aku tertawa kecil melihat Dini yang sebentar-sebentar membetulkan posisi tas ransel dan koper kecilnya.
"Din, sebaiknya kau ambil trolly saja." saran Gitya sembari melirik tumpukan trolly yang tidak begitu jauh dari counter.
"Bener juga ya." kemudian Dini berlalu kearah tumpukan trolly tersebut.

Dari kejauhan aku dan Gitya melihat tingkah Dini yang begitu konyol. Dia tidak tahu cara melepaskan trolly yang ditumpuk. Cukup lama Dini berusaha melepaskan satu trolly. Tidak hanya aku dan Gitya, orang lain di sekitar kami pun memperhatikan si Dini. Kemudian datanglah seorang laki-laki tua mencoba membantu Dini. Sambil cengar-cengir si Dini berjalan mendorong satu trolly kearah kami.

"Hey kalian, trolly ini cukup membuatku malu. Melepas satu trolly dari tumpukannya saja aku enggak bisa," Dini tertawa sembari meletakan kopernya ke atas trolly.
"Itung-itung pengalaman, Din." Gitya mencoba menghibur. Aku hanya tertawa saja mengingat tingkah laku Dini kala itu.

Tiba-tiba...
"Astaga, aku lupa ambil uang untuk airport tax!" Aku mulai panik clingak-clinguk mengedarkan pandangan mencari ATM. Sebenarnya didompetku ada uang, tapi uang SGD, THB, dan MYR. Semua uang yang aku persiapkan sudah aku tukar semua. Jadi, tak ada rupiah sama sekali didompetku. Padahal aku perlu rupiah untuk bayar airport tax Rp 150.000,-
"Ehm...atau keluar aja dulu Git, mungkin di luar ada ATM?" usul Gitya.
"Sepertinya disekitar sini ada. Aku cari dulu ya" Aku berlalu segera mencari-cari ATM.


--bersambung-- 


0 comment(s) to... “3 Girls VS 3 Countries”

0 comments:

Posting Komentar